kelompok 4 :
Zuhrati Desiana 101301069
Nabila Adani 101301073
Rina NurulMuslimah 101301076
Cinthya Merdekawaty 101301111
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Sekolah
1.
Nama : SMK Tritech
Informatika
2. Alamat :
Jln. Bhayangkara No. 522
CDE, Medan
3. Tanggal Penetapan :
6 Agustus 2010
4. Bidang Keahlian :
Teknik Informasi dan Komunikasi
5. Program Keahlian :
Teknik Komputer dan Informatika
6. Kompetensi Keahlian :
TKJ – Multimedia - RPL
7.
Telepon/faximile : 061 – 6635991 / 061 – 6641576
B.
Data Observer
1.
Observer
1 :
Nama : Zuhrati Desiana
NIM :
101301069
Status :
Mahasiswa
2.
Observer
2 :
Nama : Nabila
Adani
NIM :
101301073
Status :
Mahasiswa
3.
Observer
3 :
Nama :
Cinthya Merdekawaty
NIM :
101301111
Status : Mahasiswa
C.
Kondisi Fisik Kelas
Kelas X-TKJ
1.
Kelas berukuran
kurang lebih 5 m x 6 m.
2.
Siswa duduk
berpasangan dengan dua meja yang digabungkan menjadi satu sehingga tampak
berukuran sekitar 1 m x 0,5 m.
3.
Posisi duduk
siswa berbaris lurus ke belakang dengan membentuk tiga barisan.
4.
Posisi guru
berada di sudut kiri ruang kelas.
5.
Terdapat satu
buah papan tulis yang dilapisi kaca, satu AC, satu kipas angin, satu TV LCD,
beberapa lampu, dan beberapa foto pahlawan Indonesia.
6.
Pintu kelas
terbuat dari kaca transparan.
D.
Hasil Observasi
1.
Tempat Observasi
: Kelas X-TKJ SMK Tritech Informatika Medan
2.
Waktu Observasi : Senin, 18 Nopember 2013
Pukul
11.15-12.00 WIB
Observasi dilakukan selama 45 menit ketika
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sedang berlangsung. Observasi dilakukan di
kelas X-TKJ. Media pembelajaran yang digunakan siswa antara lain laptop, buku, dan
alat tulis. Sedangkan media pembelajaran yang digunakan oleh guru antara lain laptop,
buku, TV LCD (sarana dalam menyajikan materi/ slide dari laptop), dan papan tulis.
Kelas berukuran kurang lebih 5 m x 6 m
berisi 28 orang siswa dan satu orang guru. Siswa duduk berpasangan dengan dua
meja yang digabungkan menjadi satu sehingga tampak berukuran sekitar 1 m x 0,5
m. Posisi duduk siswa berbaris lurus ke belakang dengan membentuk tiga barisan.
Sedangkan posisi guru berada di sudut kiri ruang kelas. Di samping kanan meja
guru terdapat sebuah papan tulis yang dilapisi kaca. Di ruang kelas juga
terdapat satu AC, satu kipas angin, satu TV LCD, dan beberapa foto pahlawan Indonesia.
Pintu kelas terbuat dari kaca sehingga keadaan luar kelas dapat langsung
dilihat dari dalam kelas, begitu juga sebaliknya.
Kipas angin yang ada di dalam kelas tidak
menyala, namun AC yang ada di sudut ruang kelas menyala dengan temperatur sekitar
26 derajat celcius. Ketika proses pembelajaran terjadi, beberapa siswa aktif
mengikuti dan beberapa yang lain hanya diam. Beberapa siswa menggunakan media
laptop untuk membuka bahan materi yang saat itu sedang dipelajari, sedangkan
beberapa yang lain hanya menggunakan buku cetak, dan ada yang tidak menggunakan
apa-apa. Dalam memberikan materi, guru menggunakan slide power point untuk menyajikan materi. Tetapi pada saat
observasi berlangsung, TV LCD tidak dapat dinyalakan sehingga materi guru tidak
dapat ditayangkan. Meskipun demikian, beberapa siswa yang menyalakan laptop
dapat melihat slide mengenai materi
yang diajarkan dari laptopnya masing-masing.
BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN
A.
Landasan Teori
1.
Peran Media dalam Pembelajaran
Di dalam teori ini disebutkan bahwa
istilah media biasanya diasosiasikan dengan proses pembelajaran yang dibantu
dengan komputer, televisi pembelajaran, rekaman video, dan CD/DVD, dan sistem
penyampaian mekanismenya. Namun menurut Gagne (Gredler, 2011, h.
204), media pembelajaran juga mencakup
suara guru, teks tertulis, dan objek riil. Peran media dalam pembelajaran dapat
menjadi kurang efisien karena dua hal :
a.
Riset tentang
pemanfaatan media mengidentifikasikan tidak ada satu medium yang secara
universal lebih unggul daripada medium lain untuk setiap tipe hasil belajar
bagi semua pemelajar. Karena itu, memilih perangkat lunak komputer atau medium
lain secara arbitrer untuk suatu pelajaran sama artinya mengabaikan faktor –
faktor seperti karakteristik pemelajar dan variabel tugas yang dapat
mempengaruhi efektivitas sistem
penyampaian tertentu.
b.
Pemilihan media secara
arbitrer dapat menyebabkan pengabaian kegiatan pembelajaran penting. Misalnya
film atau rekaman audio, mungkin dapat menyajikan materi namun tidak memuat
peristiwa pembelajaran seperti penyediaan pedoman belajar atau jeda waktu untuk
memberi kesempatan pemelajar memberi respon dan tanggapan. Juga dengan sedikit
pengecualian, banyak materi komputer yang dikembangkan untuk kelas di sekolah
umum tidak memadai dalam memberikan contoh – contoh pembelajaran.
2.
Teori Pemrosesan Informasi
Teori pemrosesan informasi (Gredler,
2011, h. 227) membahas
langkah-langkah dasar yang diambil individu untuk memperoleh, menyandikan, dan
mengingat informasi. Teori ini berbeda dari teori proses belajar lain (seperti
stimulus-respon Skinner dan kondisi belajar Gagne) dalam dua hal. Pertama,
pemrosesan informasi bukan konseptualisasi dari seorang teoretisi saja.
Karenanya, ada banyak macam deskripsi tentang cara memori jangka panjang
menyimpan informasi. Kedua, karena dasar dari teori ini adalah pemrosesan
informasi dan bukan belajar, teori ini tidak dapat menspesifikasikan hasil
belajar. Studi kognisi dasar yang berbeda menilai aktivitas yang berbeda, dari
mempelajari kosakata baru sampai belajar cara meringkas informasi. Meskipun
demikian, periset yang mengadopsi perspektif kognitif sama – sama berasumsi
bahwa individu mengubah banyak informasi yang diterima indera mereka dari
lingkungan menjadi sandi memori yang disimpan untuk penggunaan di waktu yang
akan datang. Komponen esensial dari belajar adalah pengorganisasian informasi
yang akan dipelajari, pengetahuan sebelumnya yang sudah dikuasai, dan proses
yang melibatkan pemahaman, pengertian, serta menyimpan dan mengambil kembali
informasi.
3.
Teori Stimulus-Respon Skinner
Skinner secara spesifik mendefinisikan belajar
merupakan perubahan perilaku. Karena kemungkinan perilaku itu sulit diukur,
maka yang diukur lebih dahulu adalah rata – rata atau frekuensi respons. Ini
adalah langkah awal dalam analisis perubahan perilaku. Selain itu, rata- rata
respons berlaku untuk berbagai macam perilaku, mulai dari gerakan merpati di
laboratorium sampai respon siswa di kelas. Istilah dalam proses perubahan
perilaku menurut Skinner antara lain adalah stimulus, respon, reinforcement, dan punishment.
4.
Asumsi Tentang Desain Pembelajaran Gagne
Asumsi Gagne tentang pembelajaran di kelas mencakup
sifat dari pembelajaran dan proses yang disebut sebagai desain pembelajaran.
Belajar dapat terjadi baik karena ada maupun tidak adanya kegiatan pembelajaran.
Akan tetapi, masing – masing tahapan belajar yang diidentifikasi oleh Gagne
mungkin dipengaruhi oleh kejadian di luar diri si pemelajar. Fokus dalam prinsip Gagne adalah pada
pembelajaran bukan sekadar pembelajaran sederhana. Terdapat lima asumsi yang
mendukung rekomendasi Gagne untuk desain pembelajaran, yaitu :
a.
Pembelajaran
harus dirancang untuk memfasilitasi belajar siswa individual.
b.
Baik itu tahapan
jangka panjang maupun menengah harus dimasukkan dalam desain pembelajaran.
c.
Perencanaan pembelajaran
tidak boleh sekadar memberikan lingkungan yang mengasuh.
d.
Pembelajaran
harus didesain menggunakan pendekatan sistem.
e.
Desain
pembelajaran harus didasarkan pada cara manusia belajar.
a. Thermoregulation
in man: Control Processes
Dijelaskan bahwa pusat panas
yang terletak pada bagian otak yang mengatur aliran darah melalui
pembuluh-pembuluh kulit seperti misalnya keluarnya keringat. Mekanisme antar
kedua hal tersebut diatas akan mengatur keseimbangan panas di dalam tubuh
tergantung dari kondisi luar dan dalam tubuh.
Sel-sel
syaraf dari pusat pengendali panas menerima informasi tentang temperatur yang
melalui tubuh.Kadang-kadang secara langsung maupun dari syaraf sensitif panas
yang ada pada kulit. Selanjutnya pusat pengendali panas mengirim impuls yang
diperlukan untuk pengendalian mekanisme pengaturan untuk menjaga agar
temperatur inti tetap konstan. Lebih jauh impulse akan mengendalikan produksi
panas dalam tubuh, sistem sirkulasi panas, dan panas yang hilang dengan
keluarnya keringat. Hal itulah yang disebut sebagai “proses pengaturan panas”.
b. Comfort: Side Effects of Comfort
Ketidaknyamanan
akan mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang sesuai pada tubuh
manusia. Kondisi panas yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan
kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angkan kesalahan kerja.
Hal ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan panas
dengan jumlah yang lebih sedikit.
B.
Pembahasan
SMK Tritech Informatika adalah
sekolah menengah kejuruan yang menggunakan pembelajarannya berdasarkan
teknologi. Dalam setiap proses pembelajaran, sekolah ini menerapkan media-media
teknologi sebagai pendukung, yang digunakan oleh guru dan murid. Penggunaan
media dalam mendukung pembelajarannya sangatlah bagus, tetapi tidak terlepas
dari kelemahan yang mengikuti. Kelemahan penggunaan media seperti misalnya menjadi
tidak terperhatikannya karakteristik-karakteristik yang dimiliki masing-masing
siswa karena fokus terletak pada pengembangan media. Selain itu, pemilihan
media seperti menonton film juga dapar menyebabkan pengabaian kegiatan
pembelajaran penting seperti kesempatan siswa untuk merespon materi belajar
yang sedang berlangsung karena fokus hanya menonton film (Gredler,
2011, h. 204).
Berikut
penjarabaran analisa proses belajar yang terjadi di SMK Tritech Informatika
berdasarkan beberapa teori belajar :
1.
Teori Pemrosesan Informasi
Sebagaimana yang dapat diamati, setiap
anak pada dasarnya memiliki laptop masing-masing saat proses belajar mengajar
dilaksanakan. Nah, dengan demikian pastilah di laptop masing-masing mereka sudah
mempunyai bahan berupa slide mengenai
materi yang akan dipelajari mereka di kelas. Jadi informasi yang akan mereka
pelajari sebenarnya sudah diorganisasikan terlebih dahulu dari slide-slide pelajaran yang dipisahkan
tiap materinya. Contohnya pada pelajaran agama (mata pelajaran yang sedang
berlangsung saat kelompok melakukan observasi), sebelum para siswa masuk kelas,
baik yang sudah membaca maupun yang belum membaca materi slide, pastinya terdapat beberapa pengetahuan yang sudah mereka
ketahui sebelumnya yang membuat proses belajar di kelas menjadi lebih mudah. Misalnya
tentang pengetahuan bahwa anjing merupakan binatang yang yang dikategorikan
najis sehingga jika kita memakan daging anjing atau bahan makanan yang
mengandung anjing, baik sedikit atau banyak, tetap saja hukumnya adalah haram.
Tanpa dijelaskan lagi oleh guru atau tanpa membaca slide, mereka sudah mendapatkan pengetahuan tersebut di jenjang
pendidikan sebelumnya.
Maka, dengan bermodalkan materi slide yang sudah dimiliki oleh para
siswa serta pengetahuan yang mungkin sudah pernah mereka ketahui sebelumnya, jadi
informasi yang disampaikan oleh guru saat proses belajar mengajar di kelas menjadi
lebih mudah dipahami oleh siswa. Apalagi dengan metode mengajar yang dipakai yaitu
diskusi, disela guru menjelaskan, guru akan beberapa kali memberi stimulus
berupa pertanyaan yang umum, maka siswa merespon dengan baik dan membuat mereka
lebih memahami materi yang disampaikan dengan cara yang lebih mudah. Dan karena
tidak semata-mata hanya satu arah saja namun guru juga mengajak para siswa ikut
merespon atau mengutarakan pendapat. Berdasarkan
pemahaman yang siswa miliki dan juga informasi tambahan dari guru, para siswa
harusnya menjadi lebih paham dan mengerti tentang informasi baru yang
berkesinambungan dari pengetahuan mereka sebelumnya. Sehingga belajar akan
terasa lebih menyenangkan karena semua berkesempatan untuk menyumbangkan argumen
dan pendapat itu diterima guru dengan baik dan tidak ada yang dibantah
langsung. Kalaupun ada yang kurang tepat membenarkan atau memberi penjelasan kembali.
2.
Teori Stimulus-Respon Skinner
Ketika menganalisa apa yang terjadi
ketika siswa mengikuti pelajaran dapat dianalisis melalui teori pemrosesan
informasi seperti yang telah dijabarkan di atas. Karena dasar dari teori
tersebut adalah pemrosesan informasi dan bukan belajar (Gredler,
2011, h. 227). Jadi, ketika hendak menganalisis proses belajar
yang terjadi ketika siswa mengikuti pelajaran, salah satunya dapat melalui
teori stimulus-respon.
Teori ini adalah teori dasar yang
menganalisa proses belajar yang dilakukan manusia, begitu juga pada siswa observee. Salah satu teori
stimulus-respon yang dapat digunakan adalah teori belajar dari Skinner. Salah
satu asumsi dasar teori ini menyatakan bahwa perubahan perilaku secara
fungsional berkaitan dengan perubahan dalam lingkungan atau kondisi (Gredler,
2011, h. 119). Asumsi ini sesuai
dengan yang terjadi pada kelas, misalnya ketika salah satu siswa mulai menjawab
apa yang ditanyakan oleh guru, jawaban-jawaban lain akan ikut bermunculan. Hal
ini menggambarkan bahwa jawaban yang muncul dari salah satu siswa tadi
merupakan perubahan yang terjadi pada kondisi kelas yang kemudian menjadi
stimulus untuk siswa-siswa lain untuk menjawab juga.
Konsep dari teori ini yang juga
sangat dasar adalah konsep reinforcement (penguatan).
Reinforcement diberikan ketika
stimulus yang diberikan menghasilkan respon yang diinginkan. Hal itu dilakukan
untuk mempertahankan respon yang sesuai tersebut agar terus muncul. Konsep ini
juga dilakukan oleh guru selama proses belajar berlangsung. Hal tersebut dapat
dilihat ketika ada siswa yang menjawab atau bertanya, guru akan langsung
merespon atau menjawab pertanyaan dari siswa. Respon yang diberikan guru
kembali menjadi reinforcement positif
bagi siswa untuk terus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Dengan adanya respon terhadap jawaban yang ia berikan, siswa akan merasa kalau
ia diperhatikan dan diikutsertakan pada proses pembelajaran sehingga hal itu
menjadi reinforcement positif
untuknya.
3.
Asumsi Tentang Desain Pembelajaran Gagne
Fokus
dalam prinsip Gagne adalah pada pembelajaran yang menangani semua kejadian yang
mungkin mempengaruhi belajar individual. Gagne memiliki beberapa asumsi
mengenai desain pembelajaran yang dapat mempengaruhi proses belajar setiap
anak.
Menurut
Gagne, pembelajaran harus didesain untuk siswa perorangan sebab belajar terjadi
di dalam diri masing-masing individu. Meskipun siswa sering dikelompokkan untuk
pembelajaran, belajar tetap terjadi secara individual. Dengan memiliki laptop
sendiri dan setiap siswa mempunyai materi pelajaran, maka siswa dapat belajar
secara individual dengan mempelajari materi yang ada di laptop masing-masing.
Desain pembelajaran juga harus
dibuat atau dirancang untuk memperkirakan tahapan jangka panjang maupun
menengah. Guru atau perancang pembelajaran, merencanakan pelajaran harian,
namun pelajaran itu harus berada di dalam segmen unit dan pelajaran yang lebih
luas, dan harus serasi. Saat proses obsevasi berlangsung hingga selesai,
kelompok tidak melihat adanya tahapan yang terlalu jelas tentang desain
pembelajaran. Hal ini terlihat dari tidak adanya pematokan waktu atau pembagian
waktu dalam menjelaskan tiap sub materi sehingga penjelasan berjalan tanpa
adanya patokan waktu yang sudah disesuaikan dalam desain pembelajaran. Jadi ada
materi yang hanya dibahas sebentar saja dan ada juga yang dibahas dalam waktu
yang cukup lama. Serta tidak adanya pembagian tahap untuk latihan maupun tugas
di rumah.
Selain itu, desain pembelajaran
harus didasarkan pada cara manusia belajar. Hal ini dikarenakan data dari hasil
riset dan uji coba pembelajaran dapat memberi informasi mengenai hal-hal apa
yang berhasil dikerjakan. Dalam proses belajar mengajar, guru menyampaikan
materi dengan cara ceramah maupun menjelaskan menggunakan papan tulis dan
memakai bahasa yang mudah dimengerti, sehingga siswa dapat memahami materi tersebut.
4.
Teori Indoor
Climate
Berdasarkan
hasil observasi kelompok, AC yang ada di kelas bertemperatur sekitar 26 derajat
celcius serta kipas angin tidak menyala sehingga membuat kelas terasa panas dan
pengap. Dengan kondisi kelas yang pengap dikarenakan AC yang bertemperatur
cukup tinggi sedangkan di dalam kelas terdapat 28 orang siswa ditambah satu
orang guru, membuat suhu menjadi panas. Suhu yang panas tersebut dapat membuat
orang-orang yang berada di dalam kelas berkeringat.
Hal ini
sesuai dengan pembahasan pada teori ergonomi mengenai control processes, mekanisme pengendalian proses yang melalui tubuh
manusia amat penting untuk menjaga agar temperatur inti selalu tetap konstan. Pusat
panas yang terletak pada bagian otak yang mengatur aliran darah melalui
pembuluh-pembuluh kulit seperti misalnya keluarnya keringat. Mekanisme antar
kedua hal tersebut di atas akan mengatur keseimbangan panas di dalam tubuh
tergantung dari kondisi luar dan dalam tubuh. Keringat yang keluar terus
menerus ditambah suhu ruangan yang cukup panas dapat mengakibatkan kondisi
kelas menjadi tidak nyaman.
Di samping itu, berdasarkan teori
ergonomi yaitu side effects of discomfort,
ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang sesuai
pada tubuh manusia. Kondisi panas yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih
dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angkan kesalahan
kerja. Hal ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan
panas dengan jumlah yang lebih sedikit.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
·
SMK TRITECH memiliki kelas yang
berukuran 5 m x 6 m dengan 28 siswa dan satu guru. Setiap siswa memiliki laptop
sendiri, dalam memberikan materi, guru menggunakan slide power point untuk menyajikan materi.
·
Guru menggunakan metode mengajar dengan
diskusi, di mana saat guru menjelaskan materi, guru akan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa agar siswa ikut merespon atau mengutarakan
pendapat sehingga proses belajar tidak hanya satu arah.
·
Salah satu asumsi teori belajar Skinner menyatakan bahwa perubahan perilaku secara
fungsional berkaitan dengan perubahan dalam lingkungan atau kondisi. Asumsi ini
sesuai dengan yang terjadi di dalam kelas dimana ketika salah satu siswa
menjawab pertanyaan guru maka akan muncul jawaban-jawaban lain. Hal ini
menggambarkan bahwa jawaban yang muncul dari salah satu siswa tadi merupakan
perubahan yang terjadi pada kondisi kelas yang kemudian menjadi stimulus untuk
siswa-siwa lain untuk menjawab juga.
·
Guru memberikan reinforcement positif kepada siswanya,
ketika siswa memberikan pertanyaan maka guru akan langsung menjawab pertanyaan
siswa, sehingga respon yang diberikan guru kembali menjadi reinforcement positif bagi siswa untuk terus menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan oleh guru.
·
Berdasarkan asumsi dari desain
pembelajaran Gagne, pembelajaran sudah dirancang untuk memfasilitasi siswa
belajar individual. Dapat dilihat dari setiap siswa memiliki laptop dan setiap
siswa memiliki materi pelajaran, sehingga siswa dapat mempelajari materi secara
individual. Desain pembelajaran juga sudah didasarkan pada cara manusia
belajar. Dapat dilihat pada proses belajar
mengajar, guru menyampaikan materi dengan cara ceramah maupun menjelaskan
menggunakan papan tulis dan memakai bahasa yang mudah dimengerti, sehingga
siswa dapat memahami materi tersebut.
B. Saran
·
SMK TRITECH dapat menambahkan pendingin
ruangan, sehingga suhu kelas tidak panas.
·
Karena ada beberapa siswa yang tidak
membuka laptop, dan tidak membuka materi pembelajaran. Sebaiknya guru yang
mengajar di kelas tersebut dapat menegur siswanya agar mereka membuka materi pembelajaran di laptopnya.
·
Sebaiknya guru
memasukkan tahapan, baik itu tahapan jangka panjang maupun menengah, dalam
desain pembelajaran. Seperti, adanya patokan waktu dalam menjelaskan sub materi
dan pemberian latihan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Gredler,
Margaret E. (2011). Learning and
instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana
Singleton, W.T.
(1989). The mind at work: Psychologycal
ergonomics. University Press, Cambridge
http://www.tritech.sch.id/index.php. Diakses pada
tanggal : 5 Desember 2013.
LAMPIRAN